Laurie, putriku, selalu memiliki tiga orang yang berperan dalam seluruh hidupnya, dari sejak lahir: kakeknya, ibunya dan salah seorang bibinya.
Pada bulan Mei 1993, ayahku didiagnosis menderita kanker stadium akhir dan umur harapan hidupn ya hanya enam hingga tujuh bulan. Laurie telah mendaftarkan fakultas hukum di lima buah universitas di seluruh Kanada. Dalam bulan Juni, ia diterima di University of Alberta di Edmonton, dan ini merupakan pilihannya yang pertama.
Ia membicankan berita ini dengan sang kakek. Ia mengatakan belum yakin apakah ia akan segera berangkat ke Edmonton atau harus menunda keberangkatannya selama satu rahun karena sakitnya sang kakek. Sang kakek menatapnya dengan tajam, dan sambil menggelengkan kepalanya berkata, "Kakek ingin kau segera berangkat ke Edmonton. Ini yang telah kau perjuangkan selama beberapa tahun. Kesempatan ini yang selalu kau inginkan untuk dirimu sendiri dan juga yang kakek inginkan unrukmu.”
Ia langsung menuntaskan rencana kepindahannya dan sebelum berangkat, ia berpamitan dahulu dengan sang kakek Ia berkata, "Kek, aku tidak mau kakek pergi ke mana pun selama aku di Edmonton. Aku tidak mau ini menjadi pertemuan kita yang terakhir, sebab bila ini terjadi aku tidak jadi pergi." Sang kakek berjanji kepadanya bahwa ia tidak akan pergi ke mana pun. "Kakek akan tetap di sini sampai kau pulang," katanya. Ayahku memang orang yang selalu menepati janjinya.
Laurie pindah ke Edmonton dan mulai bersekolah di fakultas hukum, sedangkan anggota keluarga yang lain terus merawat ayahku hari demi hari. Ayah selalu menerima apa pun nasib yang menimpanya dengan tetap ceria dan optimis. Ia batu karang kami. Kami semua sangat bergantung kepadanya. Kapan pun kami bermasalah, kami mendatangi Ayah, dan ia senantiasa siap mendorong atau menasihati kami.
Kesehatannya menurun dengan cepat dan ia mempersiapkan kami semua untuk menghadapi kepergiannya. Ia bahkan telah mengatur penguburannya sendiri, dengan maksud agar beban kesedihan yang akan kami tanggung tidak ditambah dengan urusan itu.
Pada bulan November tanggal 29, Ayah meminta kami membawanya ke rumah sakit. Ia mengalami reaksi alergi yang serius terhadap salah satu obat yang diminumnya, entah yang mana. Kondisinya sangat lemah. Ruam-ruam yang parah menyelimuti sekujur tubuhnya, dan kulitnya mulai mengelupas. Beberapa hari setelah itu, seluruh keluarga bergantian menungguinya di rumah sakit sehingga selalu ada seseorang yang menemaninya.
mengiringi laporan cuaca di televisi. Ketika lagu "Winter wonderland " diperdeng arkan, ia mulai meng etuk-ngetukkan kakinya mengikuti irama musik. Natal adalah salah satu masa yang paling disukainya dalam satu tahun.
Aku terus kontak dengan Laurie untuk memberitahukan kondisi sang kakek. Aku mencoba tidak membuatnya terlalu cemas karena aku ingin kosentrasinya pada pelajaran tidak terganggu. Laurie menyadari keadaan ini, dan dalam salah satu percakapan telepon beberapa minggu lebih awal
ini kepada salah seorang dokter yang menangani Ayah. Ia menanggapi dengan, "Anda sebaiknya menelepon nya hari ini." Pagi itu, kira-kira pukul 11.00, Ayah diberi morfin dan sejak itu, ia tidak pernah bicara lagi.
Aku mencoba menghubungi Laurie untuk memanggilnya pulang sesegera mungkin, tetapi ia sedang tidak di kampus. Aku terus menghubunginya tanpa hasil. Akhirnya aku meninggalkan pesan agar begitu pulang ia meneleponku di rumah sakit. Pada saat itu, kami hampir selalu berada di
Kira-kira pukul 2.30 pagi ada pemberitahuan bahwa seseorang rneneLeponku-itu Laurie. Dengan singkat aku menceritakan situasi tersebut, juga bahwa saat akhirnya sudah dekat" Aku berkata kepadanya bahwa mungkin ia tidak sanggup bertahan sarnpai pagi. Ia memintaku dengan sangat agar kernbali ke Kakek dan mengatakan kepadanya
bahwa ia akan pulang dengan penerbangan pertama pagi itu, luga bahwa ia akan tiba di winnipeg sekitar pukui 10.00. Ia akan tiba di rurnah sakit antara pukul 10.30 dan 11.00. Aku rneniawab bahwa menurutku itu tidak mungkin karena Kakek telah cukup rnenderita, dan aku tidak ingin memperpanjang penderitaannya, khususnya dalam kondisi dernikian" ia memohon lagi, "Tolong Bu, ibu cukup kembali kepada kakek dan menyampaikan pesanku”
Aku kembali ke sisi pembaringan Ayah, memegang tangannya dan menceritakan pembicaraan yang baru saia terjadi antara. aku dengan laurie. Aku katakan padanya bahwa Laurie sedang dalam perjalanan ke winnipeg dengan penerbangan paling pagi, bahwa ia akan berada di rumah
sakit pada pukul 10.30, bahwa ia ingin agar Ayah berusaha rnenunggunya' Kemudian aku berkata, "Tapi Yah, kalau sudah tidak tahan, tidak usah dituruti” Laurie pasti mengerti." Tidak ada tanggapan. Aku bahkan tidak yakin apakah ia dapat mendengarku, tetapi sesuatu yang ajaib terjadi.
Beberapa saat kemudian aku memegang lagi tangannya. Tangan itu hangat. Namun dari pergel angan sampai ke siku terap dinginl Begitu pula kakinya. Hangat, tetapi dari mata kaki sampai ke lutut masih dingin.
Laurie tiba pada pukul 10.35. Aku menyambutnya di pintu untuk menyiapkannya karena ia telah lama sekali tidak melihat kakeknya, sejak keberangkatannya pada bulan September. Ia telah berubah banyak sejak waktu itu, terutama dalam sepekan terakhir.
Laurie duduk di samping pembaringan kakeknya, memegang tangannya dan memberitahukan bahwa ia telah datang. Ia berbicara kepadanya kira-kira sepuluh menit dan mengucapkan selamat jalan. Ayah betul-betul memegang tangan Laurie dengan erat ketika diajak bjicara. Kemudian
Ayah telah menepati janjinya. Ia menunggu sampai Laurie kembali sebelum pergi ke mana pun.